Kali ini kita akan mengenal dan memahami filosofi rumah Gadang. Sebagai salah satu rumah adat di Indonesia, Gadang memiliki bentuk yang unik dan ikonik. Atapnya lancip dan bersusun-susun. Mengingatkan kita akan tanduk kerbau. Beberapa orang juga mempunyai istilah lain untuk atap rumah Gadang. Yaitu menyerupai Siriah Basusun. Artinya daun sirih yang disusun bertumpuk.
Pesona Rumah Gadang
Sebagai rumah adat masyarakat Minang, rumah Gadang dirancang sangat khusus dan teliti. Tidak hanya memberikan kesan megah, desain rumah Gadang juga kuat dan tahan gempa. Wilayah masyarakat Minangkabau termasuk daerah yang rawan gempa. Maka dari itu, bahan baku dan arsitektur rumah Gadang dipertimbangkan sedemikian rupa.
Rumah Gadang tidak hanya menjadi salah satu pesona di Indonesia. Lebih dari itu, dunia sudah mengakui kemegahan rumah Gadang. Seorang desainer industri asal Belanda bernama Ton van de Ven juga tertarik dengan rumah adat ini. Beliau mengadaptasi desain rumah Gadang dalam merancang The House of the Five Sense di negeri Belanda.
The House of The Five senses ini meraih prestasi internasional. Bangunan ini mendapatkan penghargaan bangunan konstruksi kayu dengan atap Jerami terbesar di dunia dari Guinness Book of Records. Adaptasi dari pesona rumah Gadang ini menjadi pintu gerbang utama Efteling Theme Park di Belanda. Wah, ternyata daya tarik rumah Gadang sudah dikenal dunia, ya!
Mengenal Jenis-Jenis Rumah Gadang
Rumah Gadang berkaitan dengan cerita rakyat berjudul “Tambo Alam Minangkabau”. Dikisahkan orang Minang memenangkan adu kerbau melawan orang Jawa. Sementara itu, sumber lain menyebutkan bentuk rumah adat ini mirip Lancang atau tubuh perahu. Kemudian, desain rumah Gadang berkembang menjadi beberapa jenis. Yuk, kenali beberapa jenis rumah Gadang.
1. Gonjong Ampek Baanjuang
Rumah Gadang dengan jenis ini terdapat di daerah yang bernama Luhak Nan Tigo. Hingga sekarang, rumah Gadang Gonjong Ampek Baanjuang menjadi pusat kegiatan adat istiadat masyarakat sekitar. Bangunan ini memiliki empat gonjong pada bagian atas atapnya. Selain itu, terdapat sangat banyak ruangan di dalam rumah ini. Sekitar lebih dari tujuh.
Salah satu tempat yang bisa Anda kunjungi untuk melihat arsitektur Gonjong Ampek Baanjuang adalah Museum Rumah Adat Baanjuang. Lokasinya di Kota Bukittinggi. Anda bisa mengunjunginya dari Padang menggunakan jasa sewa mobil Padang.
2. Gajah Maharam
Gajah Maharam termasuk rumah adat yang mewah. Pembangunannya tidak bisa dilakukan sembarang. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Misalnya, rumah ini harus menghadap arah utara. Dinding bagian selatan, barat, dan timur ditutup sasak. Bahan bangunannya kayu terbaik. 30 tiang membuat konstruksi rumah ini kuat dan tahan gempa.
3. Surambi Papek
Rumah Gadang ini sedikit berbeda dengan jenis-jenis sebelumnya. Rumah ini memiliki bapamokok, atau akhiran di kanan dan kiri. Adanya bapamokok membuat rumah ini hanya memiliki akses dari pintu belakang. Tamu yang mengunjungi Surambi Papek masuk melalui pintu belakang. Modifikasi terbarunya berupa pintu depan.
4. Batingkek
Sama seperti Gajah Maharam, rumah Gadang Batingkek termasuk rumah mewah. Model Gadang Batingkek serupa Gajah Maharam. Batingkek artinya bertingkat-tingkat. Rumah ini memiliki tingkatan-tingkatan gonjong yang membuatnya nampak menjulang. Kita bisa menemukan rumah adat ini di kota Padang.
Fungsi Rumah Adat Gadang
Rumah Adat, terutama rumah Gadang, tidak hanya berfungsi sebagai objek wisata. Banyak kegiatan yang dilakukan di sini. Biasanya masyarakat melakukan beberapa kegiatan adat di rumah ini. Sebut saja tradisi khitan, Turun Mandi, Pernikahan, Upacara Kematian, hingga pengangkatan ketua adat (Batagak Gala). Beberapa keluarga juga mengadakan acara keluarga di rumah Gadang.
Filosofi Luhur dari Bagian-Bagian Rumah Gadang
Sebagai rumah adat, Gadang memiliki beberapa bagian yang fungsinya berbeda-beda. Setiap bagian memiliki filosofi luhur yang menjadi pedoman hidup masyarakat Minangkabau. Filosofi utamanya adalah Alam Takambang Jadi Guru. Maknanya adalah masyarakat Minangkabau hendaknya mengambil pelajaran dari alam sekitar. Termasuk dalam membangun rumah.
Sebelum memasuki Gadang, biasanya terdapat sebuah batu dan cibuak di bawah tangga. Fungsinya menjadi tempat membersihkan kaki sebelum masuk. Atap sirih bersusun (Siriah Basusun) melambangkan fungsi rumah sebagai wujud rasa kekeluargaan dan persaudaraan. Bagaimana dengan bagian lainnya?
1. Bangunan Gadang
Rumah Gadang berbentuk persegi panjang yang menjulang tinggi. Setiap bagian memanfaatkan kayu dan bahan alam lain sebagai material utama. Baik untuk dinding, pintu, jendela, dan lainnya. Selain menggunakan bahan alam, Gadang juga menggunakan pasak sebagai penyangga rumah dan sama sekali tidak menggunakan paku.
Pasak merupakan salah satu inovasi arsitektur rumah Gadang sejak zaman dulu. Pasak digunakan untuk merekatkan batang-batang kayu. Karena lebih lunak dari pak, pasak menjadi fleksibel saat terjadi gempa. Sehingga rumah Gadang tidak runtuh saat terjadi gempa. Inovasi ini masih digunakan untuk membangun rumah Gadang modern.
Jika kita amati, atap-atap rumah Gadang yang runcing dan melengkung begitu mirip dengan kapal bahtera. Simbol bahtera ini diperkuat dengan bentuk rumah yang memanjang dan terbuat dari kayu. Filosofinya adalah rumah ini menjadi pusat kehidupan keluarga Minangkabau, tempat berlindung dari cuaca, dan bahtera untuk mengarungi kehidupan.
2. Rangkiang
Rumah Gadang biasanya dihuni keluarga besar. Untuk mencukupi kebutuhan, masyarakat Minangkabau membangun sebuah gubuk berbentuk mirip rumah Gadang dengan ukuran lebih kecil. Gubuk ini disebut Rangkiang dan difungsikan sebagai lumbung untuk menyimpan bahan makanan.
Tidak hanya menjadi penyimpanan bahan makanan, Rangkiang memiliki filosofi yaitu sebagai bentuk kewaspadaan untuk mencegah terjadinya bencana kelaparan. Para penghuni rumah Gadang sebaiknya mempersiapkan bahan-bahan makanan terbaik. Dengan demikian keluarga dan masyarakat terhindar dari gizi buruk.
3. Motif-Motif Dekorasi dan Pilihan Warna Rumah Gadang
Rumah Gadang umumnya dihiasi dengan ornamen atau motif ukiran yang bertemakan alam sekitar. Misalnya bunga, buah-buahan, daun-daunan, sulur-sulur, atau bagian pepohonan lainnya. Pembuatan dan pemilihan ornamen dan motif ukiran tersebut harus memenuhi beberapa filosofi yang dikenal juga sebagai adat Basandi Syarak.
Adat Basandi Syarak memuat beberapa filosofi untuk dasar pembuatan dan pemilihan ornamen. Pertama adalah Ukue Jo Jangka, artinya diukur menggunakan jangka. Kedua adalah Alue Jo Patuik, maknanya memperhatikan pola dan kepantasan. Ketiga adalah Raso Jo Pariso, maknanya mengandalkan rasa juga berdasarkan bentuk-bentuk geometris.
Mengamati rumah Gadang juga memahami warna berdasarkan penggunaan warnanya. Warna-warna dalam rumah Gadang juga memiliki makna dan filosofi. Merah sudah menjadi salah satu warna identitas Minangkabau yang mencerminkan keberanian. Hitam menunjukkan ketegasan dan tanggung jawab. Sementara hijau mencerminkan kebersatuan dengan alam.
Begitu luhur dan kayanya filosofi rumah Gadang yang kita pelajari kali ini. Untuk melihat rumah Gadang secara langsung, kita bisa mengunjungi Saribu Rumah Gadang. Lokasinya ada di Nagari Koto Baru yang termasuk dalam Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Simak terus ulasan menarik tentang arsitektur dan uniknya berbagai jenis bangunan di website ini, ya!